Senin, 21 Januari 2013

Belum Juga Kudapatkan Bayang Wajahmu


Di kota ini, belakangan barisan awan senang menggantung,
terhampar menyandang mendung
Saat seperti  ini, di langit,
tak dapat kulihat layang-layang menari, dan
belum juga kudapatkan bayang wajahmu

Unggas-unggas berteduh,
koloni serangga menyarang,
seorang orang tua tampak lusuh,
menepi, sehabis payah menyeberang


Ia keluarkan dari kantung kemeja rapuhnya,
setengah batang kretek sisa hisap sebelumnya
asap yang seketika ngebul, hilang terbaur, semakin semu dengan udara menyatu,
belum juga kudapatkan bayang wajahmu

Aspal membasah, oleh curah,
hawa mendingin, belai angin,
belum juga kudapatkan bayang wajahmu

Empat bocah, berlarian lintasi sawah
yang rekah
Tubuh mereka yang kuyup,
tawa-tawa yang kutangkap sayup,
belum juga kudapatkan bayang wajahmu

Bekas tapal kuda
tampak utuh
sebelum lindas roda mengaburkannya
belum juga kudapatkan bayang wajahmu
Sebentar lagi
sepertinya hujan reda
setelah itu langit pasti cerah

Mendung segera kabur
bocah-bocah kembali mengukur angin
untuk menerbangkan
layang-layang mereka
kembali dari sawah, kembali dari saling kejarannya,
setelah itu,
mungkin akan aku dapatkan bayang wajahmu
Share

0 komentar:

Posting Komentar

Akar Akal. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Popular Posts

Popular Posts

Popular Posts