Di kota ini, belakangan barisan awan
senang menggantung,
terhampar menyandang mendung
Saat seperti ini, di langit,
tak dapat kulihat layang-layang menari,
dan
belum juga kudapatkan bayang wajahmu
Unggas-unggas berteduh,
koloni serangga menyarang,
seorang orang tua tampak lusuh,
menepi, sehabis payah menyeberang
Ia keluarkan dari kantung kemeja rapuhnya,
setengah batang kretek
sisa hisap sebelumnya
asap yang seketika ngebul,
hilang terbaur, semakin semu dengan udara menyatu,
belum juga kudapatkan bayang wajahmu
Aspal membasah, oleh curah,
hawa mendingin, belai angin,
belum juga kudapatkan bayang
wajahmu
Empat bocah, berlarian
lintasi sawah
yang rekah
Tubuh mereka yang kuyup,
tawa-tawa yang kutangkap
sayup,
belum juga kudapatkan bayang
wajahmu
Bekas tapal kuda
tampak utuh
sebelum lindas roda mengaburkannya
belum juga kudapatkan bayang
wajahmu
Sebentar lagi
sepertinya hujan reda
setelah itu langit pasti
cerah
Mendung segera kabur
bocah-bocah kembali mengukur
angin
untuk menerbangkan
layang-layang mereka
kembali dari sawah, kembali
dari saling kejarannya,
setelah itu,
mungkin akan aku dapatkan
bayang wajahmu
Share
0 komentar:
Posting Komentar