Bermukim
aku pada suatu desa
seribu
meter tingginya di atas samudra
Gigil
lima belas derajat terasa
tak
berarti seketika
di
ibu kota; maut
menyambangimu
dekat subuh
Ingin
aku tak percaya
atas
sebuah peristiwa
Sebab
belakangan desas-desus
dan
pergunjingan menjadi sajian
berita
membuat pekak telinga
2
Di
sepertiga malam
menjelang
pengujung bulan
senyampang
gerhana menjadi gebar
menutupi
purnama tak sempurna
yang
menjungkar
Awan
gemawan murung
memayungi
sebagian dari kami
yang
menyelam di bawah sadar sendiri
Angin
dari gunung menyapu
barisan
batang mengkilat manglid
menyayat
tajuk
puluhan
suren yang berbisik
kepada
pucuk-pucuk teh
Alam
menyampaikan kabar
menombak
hati; pecah duka meluka
3
:
seratus malam yang lewat
ketika
pergantian terang menuju gelap
sekujur
tubuh gemetar lain tak biasa
serasa
seribu ketakutan menyerbu
:
empat puluh hari sebelum kini, lepas ashar
bidara
gugurkan sepucuk daunnya
tak
lama lagi tutuplah catatan
bersama
serombongan renyut yang memeriahkan bilik-bilik jantung
:
kemarin, menjelang senja
kedutan
pada dahi yang menghitam
getar
pula mercu kepala
:
malam buta
“Telah
tiba saatnya; rangkumlah segala tanda”
Bandung, 2 Mei 2013
Persembahanku untuk Jeffry Al Buchori
*Dikutip dari buku antologi Lembayung Senja (AE Publishing, 2013), halaman 101-103
*Gambar Ilustrasi: A Farewell Adolescene 1939, edwinglucas.com
0 komentar:
Posting Komentar